Keraton Yogyakarta
Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram
Sejarah berdirinya Kerajaan Mataram diawali dengan perjanjian Giyanti
pada tahun 1755. Kemudian Keraton Mataram dibelah menjadi 2 yaitu Solo
dan Yogya. Raja Keraton Solo adalah Pakubuwono ke 13 sedangkan raja
Keraton Yogya sekarang adalah Hamengku Buwono ke 10. Keraton Yogyakarta
ini dibangun pada tahun 1756 atau sama juga dengan tahun Jawa 1682.
Tata Letak Keraton
Keseluruhan luas keratin yang kami kunungi ini adalah 14 hektar, dan
tanah seluas 14 hektar ini dibagi menjadi 7 bagian yang terdiri dari:
1. Alun-alun Utara dan Siti Hinggil Utara
2. Kemandhungan Utara
3. Halaman Srimanganti. Sri artinya Raja sedangkan manganti artinya menanti
4. Kedhaton
5. Kemegangan
6. Kemandhungan Selatan
7. Alun-alun Selatan dan Sasono Hinggil
Makna Tata Ruang Keraton
Tata ruang Keraton memiliki 2 bagian yaitu Bangsal Kencana dan Gedung
Prabayeksa. Bangsal Kencana berfungsi sebagai tempat pertemuan agung
seperti perkawinan, sunatan dan halal bihalal, upacara penyemayaman
jenazah sultan, serta untuk menjamu tamu agung. Sementara itu, Gedung
Prabayeksa berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan pusaka keraton yang
tidak lain adalah keris, bomba dan lain-lain. Gedung Prabayeksa ini
dibuka setiap bulan Sura, dimana benda- benda pusaka keraton ini dicuci.
Fungsi Tempat-tempat pada Keraton
Secara umum, Keraton memiliki sejumlah tempat yang memiliki fungsi yang
berbeda- beda. Jumlah tempat yang terdapat dalam Keraton ini adalah 8
tempat, yaitu:
1. Alun-alun Utara berfungsi sebagai tempat latihan prajurit.
2. Siti Hinggil Utara berfungsi sebagai tempat pelantikan Raja.
3. Kemandhungan Utara berfungsi sebagai tempat bagi para prajurit untuk berkumpul.
4. Srimanganti. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Srimanganti
terdiri dari dua kata yaitu Sri yang artinya raja dan manganti yang
artinya menanti. Oleh karena itu Srimanganti ini berfungsi sebagai ruang
tamu pada jaman dahulu, namun fungsinya sudah berubah sekarang.
Sekarang, Srimanganti digunakan sebagai tempat kesenian dimana setiap
orang dapat menyaksikan wayang orang yang diadakan setiap hari Minggu,
wayang kulit yang diadakan setiap hari Rabu, dan wayang golek.
5. Kedhaton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja beserta dengan keluarganya.
6. Kemegangan diambil dari kata minuman teh dan berfungsi sebagai dapur kerajaan.
7. Kemandhungan Selatan berfungsi sebagai tempat olahraga memanah.
Karena lapangan ini digunakan sebagai tempat olahraga memanah, maka
tempat ini juga sering digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan
lomba memanah.
8. Sasono Hinggil Selatan berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan wayang kulit.
9. Alun-alun Selatan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para prajurit.
Cara Menjaga Kesakralan Keraton
Untuk menjaga kesakralan Keraton maka dilakukan sesasi setiap 2 minggu
sekali pada malam Jumat dan Selasa serta tetap menjaga kebersihan semua
tempat.
Fungsi Keraton
Fungsi Keraton dibagi menjadi dua yaitu fungsi Keraton pada masa lalu
dan fungsi Keraton pada masa kini. Pertama- tama, kami akan menjelaskan
mengenai fungsi Keraton pada masa lalu. Pada masa lalu keraton berfungsi
sebagai tempat tinggal para raja. Keraton didirikan pada tahun 1756,
selain itu di bagian selatan dari Keraton ini, terdapat komplek
kesatriaan yang digunakan sebagai sekolah putra-putra sultan. Sekolah
mereka dipisahkan dari sekolah rakyat karena memang sudah merupakan
aturan pada Keraton bahwa putra- putra sultan tidak diperbolehkan
bersekolah di sekolah yang sama dengan rakyat. Sementara itu, fungsi
Keraton pada masa kini adalah sebagai tempat wisata yang dapat
dikunjungi oleh siapapun baik turis domestik maupun mancanegara. Selain
sebagai tempat untuk berwisata, tidak terlupakan pula fungsi Keraton
yang bertahan dari dulu sampai sekarang yaitu sebagai tempat tinggal
sultan.
Pada saat kita akan memasuki halaman kedua dari Keraton, terdapat
gerbang dimana di depannya terdapat dua buah arca. Setiap arca ini
memiliki arti yang berlawanan. Arca yang berada di sebelah kanan disebut
Cingkorobolo yang melambangkan kebaikan, sementara itu arca yang
terletak di sebelah kiri disebut Boloupotu yang melambangkan kejahatan.
Selain itu kami juga mendapatkan sedikit informasi tentang Sultan
Hamengku Buwono IX. Sultan ke IX dari Keraton Yogyakarta ini lahir pada
tanggal 12 April 1940 dan wafat dalam usianya yang ke 48 yaitu pada
tanggal 3 Oktober 1988. Ia memiliki berbagai macam hobi, diantaranya
adalah menari, mendalang, memainkan wayang, dan yang terakhir memotret.
Sultan ini memiliki suatu semboyan yang terkenal yaitu, “ Tahta untuk
rakyat”.
Silsilah Raja Kerajaan Mataram
Bendara Raden Mas Sujono 1756 – 1792 (Hamengkubuwono I)
Bendara Raden Mas Sundoro 1792 – 1812 (HamengkubuwonoII)
Bendara Raden Mas Surojo 1812 – 1814 (Hamengkubuwono III)
Bendara Raden Mas Ibnu Jarat 1814 – 1823 (Hamengkubuwono IV)
Bendara Raden Mas Batot Menol 1823 – 1835 (Hamengkubuwono V)
Bendara Raden Mas Murtedjo 1855 – 1877 (Hamengkubuwono VI)
Bendara Raden Mas Musteyo 1877 – 1921 (Hamengkubuwono VII)
Bendara Raden Mas Sujadi 1921 – 1939 (Hamengkubuwono VIII)
Bendara Raden Mas Dorojatun 1940 – 1988 (Hamengkubuwono IX)
Bendara Raden Mas Herjuno Darpito 1988 – sekarang (Hamengkubuwono X)